Ini adalah sebuah tulisan kepada wanita-wanita penggenggam bara api dimana Nabi
pernah bersabda tentang mereka,”Akan datang suatu zaman kepada manusia
di mana orang yang memegang agamanya ibarat orang yang menggenggam
bara api.”(HR Tirmidzi 2140)
Tulisan bagi wanita shalihah
lagi bertaqwa yang mengutamakan cinta dan perintah Allah Ta’ala
dibanding mengekor Fulanah dan Fulanah, sehingga ia pun terasing di
antara wanita lainnya.
Rasulullah bersabda,” Sesungguhnya
Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing
sebagaimana ia datang. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.”
Sahabat bertanya,” Siapakah orang-orang asing itu wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab,” Yaitu orang-orang yang tetap shalih ketika manusia
telah rusak.”(Silsilah ash Shahihah 1273).
Wanita-wanita
yang meninggalkan kelezatan hidupnya dan mengemban cita agama, sehingga
Allah melipatgandakan kebaikan mereka, menghapus keburukan mereka,
mengangkat derajat mereka.
Dialah ratu yang duduk di
singgasananya,diatas dipan-dipan yang terbujur dan permadani-permadani,
Hidup di antara keluarga yang mencintai dan menghormati, dengan
pelayan-pelayan yang siap mengabdi.
Akan tetapi ia adalah wanita
mukminah yang menyembunyikan imannya. Dialah Asiyah, permaisuri
Fir’aun. Ia hidup dalam kenikmatan yang tak terhingga. Seorang
permaisuri yang berada di antara semerbak parfum dan wewangian ,
cantik, ceria dan bahagia. Dengan gaun-gaun panjang dan dikelilingi
para dayang.
Saat malam menjulurkan tirainya, dia berdiri lama
sambil bermunajad kepada Rabbnya. Ia perdengarkan bisikannya kepada
langit sambil airmata terus mengalir. Ia terus berdoa hingga para
malaikat berkerumun, sedang gelap malam melambai khusyu’. Saat dimana
para wanita lainnya terlelap tidur, ia justru menjauhi pembaringan
tersungkur sujud dengan hati yang tulus, ikhlas.
Saat Firaun
mengetahui keimanannya, ia pun murka dan bersumpah serapah, akan
menyiksa hingga mati atau kembali menyembah Fir’aun.
Fir’aun
menyuruh para tentaranya untuk membawa sang permaisuri. Di hadapan
Fir’aun kedua kaki dan tangannya diikatkan pada pasak besi. Para
tentaranya disuruh untuk mencambukinya hingga darah mengalir dari
tubuhnya, daging terkoyak dari tulangnya.
Ketika siksa dirasa kian memuncak dan maut membayanginya, ia angkat pandangannya ke langit sambil berdoa,”Ya
Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di surga dan selamatkan aku
dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang
zhalim.” (QS At Tahrim :11)
Doanya terangkat ke langit …!
Ibnu Katsir berkata,” Dan Allah pun tunjukan rumahnya disurga kepadanya. Ia pun tersenyum…. lalu meninggal dunia…
Ia lebih memilih mati….
(Disadur dari tulisan Syaikh Dr Al ‘Uraifi “Al qabodhaatu ‘alal jamri” media tarbiyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar