Sabtu, 20 April 2013

WANITA PENGGENGGAM BARA API

Ini adalah sebuah tulisan kepada wanita-wanita penggenggam bara api dimana Nabi pernah bersabda tentang mereka,”Akan datang suatu zaman kepada manusia di mana orang yang memegang agamanya ibarat orang yang menggenggam bara api.”(HR Tirmidzi 2140)
Tulisan bagi wanita shalihah lagi bertaqwa yang mengutamakan cinta dan perintah Allah Ta’ala dibanding mengekor Fulanah dan Fulanah, sehingga ia pun terasing di antara wanita lainnya.
Rasulullah bersabda,” Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing sebagaimana ia datang. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.” Sahabat bertanya,” Siapakah orang-orang asing itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,” Yaitu orang-orang yang tetap shalih ketika manusia telah rusak.”(Silsilah ash Shahihah 1273).
Wanita-wanita yang meninggalkan kelezatan hidupnya dan mengemban cita agama, sehingga Allah melipatgandakan kebaikan mereka, menghapus keburukan mereka, mengangkat derajat mereka.
Dialah ratu yang duduk di singgasananya,diatas dipan-dipan yang terbujur dan permadani-permadani, Hidup di antara keluarga yang mencintai dan menghormati, dengan pelayan-pelayan yang siap mengabdi.
Akan tetapi ia adalah wanita mukminah yang menyembunyikan imannya. Dialah Asiyah, permaisuri Fir’aun. Ia hidup dalam kenikmatan yang tak terhingga. Seorang permaisuri yang berada di antara semerbak parfum dan wewangian , cantik, ceria dan bahagia. Dengan gaun-gaun panjang dan dikelilingi para dayang.
Saat malam menjulurkan tirainya, dia berdiri lama sambil bermunajad kepada Rabbnya. Ia perdengarkan bisikannya kepada langit sambil airmata terus mengalir. Ia terus berdoa hingga para malaikat berkerumun, sedang gelap malam melambai khusyu’. Saat dimana para wanita lainnya terlelap tidur, ia justru menjauhi pembaringan tersungkur sujud dengan hati yang tulus, ikhlas.
Saat Firaun mengetahui keimanannya, ia pun murka dan bersumpah serapah, akan menyiksa hingga mati atau kembali menyembah Fir’aun.
Fir’aun menyuruh para tentaranya untuk membawa sang permaisuri. Di hadapan Fir’aun kedua kaki dan tangannya diikatkan pada pasak besi. Para tentaranya disuruh untuk mencambukinya hingga darah mengalir dari tubuhnya, daging terkoyak dari tulangnya.
Ketika siksa dirasa kian memuncak dan maut membayanginya, ia angkat pandangannya ke langit sambil berdoa,”Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di surga dan selamatkan aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.” (QS At Tahrim :11)
Doanya terangkat ke langit …!
Ibnu Katsir berkata,” Dan Allah pun tunjukan rumahnya disurga kepadanya. Ia pun tersenyum…. lalu meninggal dunia…
Ia lebih memilih mati….
(Disadur dari tulisan Syaikh Dr Al ‘Uraifi “Al qabodhaatu ‘alal jamri” media tarbiyah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar